PERJALANAN
PANJANG
Oleh Dian Maria Andriani
Mahasiswa Ekonomi Pertahanan Cohort 6
Pagi ini
aku melarikan diri (lagi) dari beberapa tumpukan pekerjaan. Meninggalkan
beberapa tanggung jawab yang tentunya harus aku selesaikan. Sejenak berlibur
mengikuti kegiatan yang sepertinya sangat menyenangkan. Anshula, merupakan UKM
Kampus Pertahanan yang konon katanya merupakan tempat berkumpulnya para pecinta
alam. Banyak melakukan kegiatan yang bisa dibilang menantang dan tentunya akan melahirkan
banyak kenangan. Sebelum memutuskan untuk ikut bergabung pada kegiatan tersebut
sekilas terbersit diingatanku bahwa bukankah pada dasarnya hidup adalah
keseimbangan. Jadi apa salahnya jika aku mencoba untuk mencari kebahagiaan lain
diluar sana, pasti akan sangat menyenangkan bisa berkumpul dengan banyak teman,
melakukan perjalanan jauh yang pastinya akan sangat menyenangkan, memotret
banyak kejadian yang nantinya bisa aku tambahkan kedalam album kenangan agar
nantinya bisa aku ceritakan kembali.
Perjalanan
menuju Curug Kembar dimulai tentunya dengan diawali doa bersama sebelum
keberangkatan. Perjalanan yang menghabiskan waktu 1 satu hingga 2 jam ini bisa
dikatakan cukup menyenangkan mengingat jalan yang kami lalui ternyata penuh
dengan tanjakan. Ketika motor tidak sanggup menaklukkan tingginya tanjakan
tersebut, aku dengan spontan turun dari motor dan memilih untuk berjalan kaki.
Cukup melelahkan mengingat pada saat itu aku kurang tidur dan belum sempat
sarapan. Tetapi walaupun demikian semangatku untuk tetap berjalan mengalahkan
kantuk di mata dan lapar di perut. Melihat letih di wajahku, teman yang
bersamaku tidak tega membiarkan ku berjalan sendirian, dia mengalah dan
membiarkanku untuk mengendarai motor sendirian menaklukkan tanjakan-tanjakan
yang sudah menunggu di depan sana. Tadinya aku ragu, karena sebenarnya akupun
tidak tega membiarkannya berjalan sendirian. Tetapi temanku tetap memaksa
sehingga akupun mengikuti keinginannya untuk sendirian mengendarai motor.
Dengan perasaan cemas aku menunggunya di ujung tanjakan takut kalau temanku
tidak kuat berjalan. Sampai akhirnya ada sebuah mobil pick-up yang mengantarkan
banyak barang melintas melewatiku dan kulihat temanku ada diatas tumpukan
tersebut sambil tertawa. Akupun dengan sontak ikut tertawa karenanya, syukurlah
dia tidak pingsan di jalan hahaha (tawaku pecah).
Beberapa
lama berjalan kemudian mobil pick-up yang mengangkut temanku tadi berhenti dan di
ikuti oleh teman-temanku lainnya. Ternyata jalan menuju lokasi Curug Kembar
sedang diperbaiki sehingga tidak bisa dilewati oleh kendaraan bermotor dan
hanya dapat di tempuh dengan berjalan kaki saja. Mengetahui hal itu tim panitia
kegiatan mencoba untuk berdiskusi mencari solusi, apa yang seharusnya kami
lakukan. Sementara tim panitia masih berdiskusi, aku dikejutkan dengan
banyaknya anjing yang berkeliaran. Aku yang notabenenya memiliki ketakutan
berlebihan terhadap anjing yang biasa disebut phobia, sontak tiba-tiba menjerit
histeris, menunjukkan reaksi penuh rasa takut. Badanku sudah gemetaran,
ingatanku seolah kembali pada kejadian dimasa kecilku dimana pada saat itu aku
masih berusia 7 tahun dan aku pernah dikejar anjing milik tetanggaku dan anjing
itu hampir menggigit kakiku. Kenangan yang sampai sekarang membuatku merinding
jika aku melihat ada anjing disekitarku. Mengetahui ketakutanku, beberapa
temanku mencoba untuk menenangkanku dan menjauhkan anjing-anjing tersebut
dariku. Setelah anjing-anjing tersebut berlalu, ketua tim Anshula mengumumkan
bahwa perjalanan kami akan terus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Pada saat
itu banyak ketakutan bermunculan di kepalaku. Apakah aku mampu berjalan sejauh
itu dengan kondisi yang tidak fit? Bagaimana jika nanti aku tiba-tiba pingsan
dan malah menyusahkan banyak orang? Atau bagaimana jika nanti diperjalanan aku
akan bertemu dengan banyak anjing hutan? Bisa-bisa aku mati mendadak (pikiran
yang paling berlebihan sih hahaha). Tapi aku sudah terlanjur berada disini
bukan? Jadi kenapa aku harus menyerah pada keadaan (banyak hal-hal aneh
dikepalaku seolah mereka sedang berperang), sampai pada akhirnya mungkin sisa
keberanian dan pantang mundur yang aku miliki menang mengalahkan rasa takutku.
Dan aku dengan penuh keyakinan mulai melangkah selangkah demi selangkah jalanan
yang mulai kian menanjak.
Sudah
cukup lama berjalan, nafasku pun mulai terengah-engah. Aku benar-benar berusaha
berjalan sekuat tenagaku, tidak lupa setiap kali kehabisan tenaga aku mencoba
berhenti sejenak untuk beristirahat dan mengumpulkan kembali tenaga agar bisa
melanjutkan perjalanan. Selang beberapa menit kemudian akhirnya aku dan
beberapa teman lainnya tiba di satu titik dimana ketika kami berdiri disana
kami bisa melihat pemandangan yang begitu indah dengan gunung sebagai latarnya.
“ Kami Siap Untuk
Mendaki”
Perjalanan yang
sangat jauh dan melelahkan. Naik turun dengan medan yang cukup mengerikan.
Dengan berlatarkan pemandangan gunung yang begitu indah. Semoga perjalanan ini
menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Setelah
puas berfoto, kamipun melanjutkan perjalanan kami. Tadinya aku berfikir bahwa
perjalanan ini akan segera berakhir dan aku akan segera menjumpai air sejuk
yang tentunya sangat menyegarkan. Tetapi ternyata aku salah, perjalanan masih
panjang dan titik dimana kami berfoto ini masih belum ada separuh jalan. Kami
harus terus berjalan melewati banyak perkebunan milik warga, seperti kebun
kopi, kebun singkong dan tentunya area persawahan. Dengan mengumpulkan segenap
tenaga dan semangat aku kembali berjalan melangkahkan kaki dengan penuh
keyakinan bahwa aku mampu dan aku bisa mencapai lokasi tujuan. Aku dan beberapa
orang temanku yang berada di posisi paling depan berjalan terus hingga pada
akhirnya kami menemukan sebuah tempat peristirahatan yaitu warung kecil milik
warga sekitar yang memang sengaja berjualan disana, melayani para pelancong
yang kelelahan. Sambil menunggu teman-teman lain yang masih dalam perjalanan,
aku memutuskan untuk duduk sejenak, meneguk banyak air minum dan melahap
beberapa gorengan yang dijual mengingat bahwa aku sedari pagi sudah menahan
lapar. Tidak lama kemudian semua teman-teman sudah tiba diwarung peristirahatan
dan pada saat itu kami memutuskan untuk menikmati santap pagi (sarapan yang
terlambat sih) tapi tetap menyenangkan, karena kita berkumpul bersama menikmati
makanan seadanya yang telah dipersiapkan oleh panitia sebelumnya. Setelah puas
menikmati santap pagi, kamipun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Ternyata perjalanan masih panjang kawan. Sudah hampir berjam-jam rasanya tetapi
kami masih belum juga tiba di lokasi. Aku semakin kelelahan, terkadang sempat
terlintas kembali rasa takut. Sungguh aku takut tidak bisa pulang kembali ke
mess mengingat medan yang kami hadapi sangatlah mengerikan, tidak terbayangkan
olehku apakah aku mampu untuk menaklukkan jalanan yang mendaki, sangat licin
dan tentunya cukup berbahaya ini. Aku bahkan sempat mengeluh “aku rasanya
benar-benar tidak ingin pulang, mengingat jalannya yang mengerikan seperti ini,
bisa gak ya aku tinggal disini saja? terus besok pagi ada helikopter yang
datang menjemputku?” Keluhanku semakin aneh terdengar sehingga senior pendahulu
ku yang berjalan dibelakang ku tertawa terbahak-bahak mendengar setiap
ocehanku.
Sampai
pada akhirnya akupun menginjakkan kaki di tangga terakhir tempat Curug Kembar berada.
Finally “Ya Allah akhirnya aku sampai juga”. Dan begitu melihat ada toilet aku
langsung berlari menghampirinya. Sambil menunggu teman-teman yang lainnya aku
dan beberapa teman yang tiba duluan memutuskan untuk duduk sejenak melepas
penat hingga akhirnya salah satu temanku berdiri dan menarik tanganku dan
berkata “ayo turun, airnya sudah di depan mata”. Dengan penuh semangat akupun
ikut turun dan kulihat air mengalir dengan sangat indah. Dan yang pasti airnya
sangat dingin dan penuh kesegaran. Aku tak henti-henti membasahi tanganku,
ingin memberikan kesan sejuk bagi tubuhku yang sudah lelah. Sedang asik-asiknya
bermain air tiba-tiba salah seorang temanku berkata “ayo naik, kita masih belum
sampai di Curugnya, di atas jauh lebih bagus” mendengar hal itu sontak saja aku
terkejut dan berkata “ya ampun, jadi kita masih belum sampai? Jadi kita masih
harus berjalan? Setelah aku melihat ke atas, oh tidak aku harus menaiki jalan
itu? Fikirku, mati sajalah aku, mana bisa aku naik kesana. Itu terlihat sangat
tinggi sekali. Tapi ya sudahlah, aku sudah terlanjur sampai disini, apapun yang
terjadi aku harus bisa melewatinya. Dan aku mengumpulkan segenap kemampuan,
keberanian dan kekuatan tentunya untuk bisa naik walaupun dengan kondisi tanpa
menggunakan sepatu.
Karena kami wanita tangguh yang mampu
menyusuri hutan, mendaki tanpa takut jatuh, melupakan rasa sakit di kaki. Hanya
terus menatap ke depan mencoba menaklukkan tantangan.
Wahai kawan pergilah ke titik paling
bawah dari kebisaan, kenyamanan dan kemampuanmu. Rasakan bagaimana susah
payahnya bertahan, berjuang dan kemudian merasakan kemenangan.
Akhirnya
setelah jauh berjalan, setelah banyak duri yang menancap di kakiku. Tibalah aku
di Curug Kembar dimana yang telihat hanya air dan bebatuan. Beberapa temanku
tidak sabar dan langsung melompat ke dalam air, byuuuuur...cipratan airnya
membahasi sedikit wajahku yang masih terlihat kelelahan. Dan tiba-tiba aku
menjerit “wow airnya dingin dan sejuk luar biasa” benar-benar sekejap
menghilangkan penat dan rasa sakit yang ada. Dengan segenap keberanian yang aku
kumpulkan maka aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan teman-temanku yang
sudah terlebih dahulu berenang. Awalnya masih ada rasa takut, takut kalau nanti
kelelep dan tenggelam. Takut kalau nanti tiba-tiba aku terpleset dan jatuh
menghantam bebatuan, ketakutan-ketakutan seperti itu terkadang suka bersarang di kepalaku. Tetapi
akhirnya banyak teman-teman yang meyakinkanku dan ikut membantuku menghilangkan
segala kecemasanku. Setelah asik bermain air bersama teman-teman, tibalah saat
dimana pelantikan para anggota baru Anshula akan dimulai. Kami berbaris di
dalam air sambil mendengarkan tata tertib acara yang dibawakan oleh panitia.
Kami mengikuti rangkaian demi rangkaian acara dengan sangat hikmat dan
kesungguhan.
Dan akhirnya kita sampai di titik ini.
Membayar semua letih, menghapus semua tetes keringat dan menghilangkan semua
kepenatan yang ada. Melupakan semua rasa sakit, melupakan medan perjalanan yang
mengerikan untuk sejenak bisa merasakan dingin dan sejuknya mandi dan bermain
air. Curug Kembar yang begitu indah hasil ciptaan Tuhan yang patut untuk kita
syukuri dan harus kita jaga kelestariannya. Dengan penuh kebanggaan kami
menyanyikan lagu Indonesia Raya tanda bahwa kami bangga menjadi rakyat
Indonesia dan bersyukur tinggal di bumi Pertiwi yang penuh dengan keindahan
alam untuk dinikmati.
“TERIMAKASIH SAHABAT ANSHULA”
Setelah
acara pelantikan berakhir, kami melanjutkan acara dengan masak dan makan
bersama. Hal yang sangat menyenangkan yang tentunya akan menjadi kenangan bagi
kami nantinya. Tawa dan canda hadir menghapuskan tiap tetes keringat pada saat
itu. Semua lelah pada akhirnya terbayarkan. Setelah puas bermain, haripun mulai
mendung tanpa terasa titik-titik hujan sudah mulai membasahi tubuh kami. Kami
pun bersiap-siap untuk kembali. Dengan menggunakan jas hujan dan perlengkapan
lainnya, kami pun kembali berjalan menghadapi tantangan dan rintangan. Berusaha
menaklukkan tebing-tebing tinggi dan curam, mencari alternatif jalan lain yang
dianggap lebih dekat dari rute sebelumnya. Dan lagi-lagi aku berusaha sekuat
tenagaku untuk bisa melangkah, menaiki setiap pijakan-pijakan yang begitu licin
dan batuan tajam serta tanaman-tanaman berduri. Jatuh bangun kali ini aku
rasakan, mungkin karena pada saat itu hujan turun dengan sangat derasnya
sehingga jalanan begitu sangat licin dan aku harus lebih berhati-hati dalam
melangkah. Diantara tetesan keringat karena lelah telah tersamarkan dengan
adanya tetesan air hujan yang mengguyur tubuhku. Masih terasa sangat asin
bagiku, karena aku bisa merasakan bahwa kali ini aku sungguh merasakan lelah
jauh dari sebelumnya. Tubuhku yang mulai menggigil kedinginan serta kakiku yang
mulai merasakan sakit akibat jatuh dan terluka membuat aku semakin ingin cepat
kembali. Ingin merasakan kehangatan. Tanpa ada keluhan, aku berjalan terus
hingga tiba di tujuan. Waktu terasa begitu cepat, dalam perjalanan banyak canda
dan tawa. Melelahkan memang, tapi di sela lelahku, aku cukup bahagia karena
bisa melihat senyum dan tawa, merasakan banyaknya perhatian dan kebaikan yang
ditawarkan oleh teman-teman ku. Terimakasih teman sudah menjadi penjaga,
pelindung dan penambah rasa manis dalam tiap memori dan album kenangan yang
saat itu sedang aku susun dalam ingatan. ^^
-SEKIAN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar