Rabu, 31 Agustus 2016

PERJALANAN PANJANG

PERJALANAN PANJANG

Oleh Dian Maria Andriani
Mahasiswa Ekonomi Pertahanan Cohort 6

Pagi ini aku melarikan diri (lagi) dari beberapa tumpukan pekerjaan. Meninggalkan beberapa tanggung jawab yang tentunya harus aku selesaikan. Sejenak berlibur mengikuti kegiatan yang sepertinya sangat menyenangkan. Anshula, merupakan UKM Kampus Pertahanan yang konon katanya merupakan tempat berkumpulnya para pecinta alam. Banyak melakukan kegiatan yang bisa dibilang menantang dan tentunya akan melahirkan banyak kenangan. Sebelum memutuskan untuk ikut bergabung pada kegiatan tersebut sekilas terbersit diingatanku bahwa bukankah pada dasarnya hidup adalah keseimbangan. Jadi apa salahnya jika aku mencoba untuk mencari kebahagiaan lain diluar sana, pasti akan sangat menyenangkan bisa berkumpul dengan banyak teman, melakukan perjalanan jauh yang pastinya akan sangat menyenangkan, memotret banyak kejadian yang nantinya bisa aku tambahkan kedalam album kenangan agar nantinya bisa aku ceritakan kembali.
Perjalanan menuju Curug Kembar dimulai tentunya dengan diawali doa bersama sebelum keberangkatan. Perjalanan yang menghabiskan waktu 1 satu hingga 2 jam ini bisa dikatakan cukup menyenangkan mengingat jalan yang kami lalui ternyata penuh dengan tanjakan. Ketika motor tidak sanggup menaklukkan tingginya tanjakan tersebut, aku dengan spontan turun dari motor dan memilih untuk berjalan kaki. Cukup melelahkan mengingat pada saat itu aku kurang tidur dan belum sempat sarapan. Tetapi walaupun demikian semangatku untuk tetap berjalan mengalahkan kantuk di mata dan lapar di perut. Melihat letih di wajahku, teman yang bersamaku tidak tega membiarkan ku berjalan sendirian, dia mengalah dan membiarkanku untuk mengendarai motor sendirian menaklukkan tanjakan-tanjakan yang sudah menunggu di depan sana. Tadinya aku ragu, karena sebenarnya akupun tidak tega membiarkannya berjalan sendirian. Tetapi temanku tetap memaksa sehingga akupun mengikuti keinginannya untuk sendirian mengendarai motor. Dengan perasaan cemas aku menunggunya di ujung tanjakan takut kalau temanku tidak kuat berjalan. Sampai akhirnya ada sebuah mobil pick-up yang mengantarkan banyak barang melintas melewatiku dan kulihat temanku ada diatas tumpukan tersebut sambil tertawa. Akupun dengan sontak ikut tertawa karenanya, syukurlah dia tidak pingsan di jalan hahaha (tawaku pecah).
Beberapa lama berjalan kemudian mobil pick-up yang mengangkut temanku tadi berhenti dan di ikuti oleh teman-temanku lainnya. Ternyata jalan menuju lokasi Curug Kembar sedang diperbaiki sehingga tidak bisa dilewati oleh kendaraan bermotor dan hanya dapat di tempuh dengan berjalan kaki saja. Mengetahui hal itu tim panitia kegiatan mencoba untuk berdiskusi mencari solusi, apa yang seharusnya kami lakukan. Sementara tim panitia masih berdiskusi, aku dikejutkan dengan banyaknya anjing yang berkeliaran. Aku yang notabenenya memiliki ketakutan berlebihan terhadap anjing yang biasa disebut phobia, sontak tiba-tiba menjerit histeris, menunjukkan reaksi penuh rasa takut. Badanku sudah gemetaran, ingatanku seolah kembali pada kejadian dimasa kecilku dimana pada saat itu aku masih berusia 7 tahun dan aku pernah dikejar anjing milik tetanggaku dan anjing itu hampir menggigit kakiku. Kenangan yang sampai sekarang membuatku merinding jika aku melihat ada anjing disekitarku. Mengetahui ketakutanku, beberapa temanku mencoba untuk menenangkanku dan menjauhkan anjing-anjing tersebut dariku. Setelah anjing-anjing tersebut berlalu, ketua tim Anshula mengumumkan bahwa perjalanan kami akan terus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Pada saat itu banyak ketakutan bermunculan di kepalaku. Apakah aku mampu berjalan sejauh itu dengan kondisi yang tidak fit? Bagaimana jika nanti aku tiba-tiba pingsan dan malah menyusahkan banyak orang? Atau bagaimana jika nanti diperjalanan aku akan bertemu dengan banyak anjing hutan? Bisa-bisa aku mati mendadak (pikiran yang paling berlebihan sih hahaha). Tapi aku sudah terlanjur berada disini bukan? Jadi kenapa aku harus menyerah pada keadaan (banyak hal-hal aneh dikepalaku seolah mereka sedang berperang), sampai pada akhirnya mungkin sisa keberanian dan pantang mundur yang aku miliki menang mengalahkan rasa takutku. Dan aku dengan penuh keyakinan mulai melangkah selangkah demi selangkah jalanan yang mulai kian menanjak.
Sudah cukup lama berjalan, nafasku pun mulai terengah-engah. Aku benar-benar berusaha berjalan sekuat tenagaku, tidak lupa setiap kali kehabisan tenaga aku mencoba berhenti sejenak untuk beristirahat dan mengumpulkan kembali tenaga agar bisa melanjutkan perjalanan. Selang beberapa menit kemudian akhirnya aku dan beberapa teman lainnya tiba di satu titik dimana ketika kami berdiri disana kami bisa melihat pemandangan yang begitu indah dengan gunung sebagai latarnya. 

“ Kami Siap Untuk Mendaki”
Perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan. Naik turun dengan medan yang cukup mengerikan. Dengan berlatarkan pemandangan gunung yang begitu indah. Semoga perjalanan ini menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Setelah puas berfoto, kamipun melanjutkan perjalanan kami. Tadinya aku berfikir bahwa perjalanan ini akan segera berakhir dan aku akan segera menjumpai air sejuk yang tentunya sangat menyegarkan. Tetapi ternyata aku salah, perjalanan masih panjang dan titik dimana kami berfoto ini masih belum ada separuh jalan. Kami harus terus berjalan melewati banyak perkebunan milik warga, seperti kebun kopi, kebun singkong dan tentunya area persawahan. Dengan mengumpulkan segenap tenaga dan semangat aku kembali berjalan melangkahkan kaki dengan penuh keyakinan bahwa aku mampu dan aku bisa mencapai lokasi tujuan. Aku dan beberapa orang temanku yang berada di posisi paling depan berjalan terus hingga pada akhirnya kami menemukan sebuah tempat peristirahatan yaitu warung kecil milik warga sekitar yang memang sengaja berjualan disana, melayani para pelancong yang kelelahan. Sambil menunggu teman-teman lain yang masih dalam perjalanan, aku memutuskan untuk duduk sejenak, meneguk banyak air minum dan melahap beberapa gorengan yang dijual mengingat bahwa aku sedari pagi sudah menahan lapar. Tidak lama kemudian semua teman-teman sudah tiba diwarung peristirahatan dan pada saat itu kami memutuskan untuk menikmati santap pagi (sarapan yang terlambat sih) tapi tetap menyenangkan, karena kita berkumpul bersama menikmati makanan seadanya yang telah dipersiapkan oleh panitia sebelumnya. Setelah puas menikmati santap pagi, kamipun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Ternyata perjalanan masih panjang kawan. Sudah hampir berjam-jam rasanya tetapi kami masih belum juga tiba di lokasi. Aku semakin kelelahan, terkadang sempat terlintas kembali rasa takut. Sungguh aku takut tidak bisa pulang kembali ke mess mengingat medan yang kami hadapi sangatlah mengerikan, tidak terbayangkan olehku apakah aku mampu untuk menaklukkan jalanan yang mendaki, sangat licin dan tentunya cukup berbahaya ini. Aku bahkan sempat mengeluh “aku rasanya benar-benar tidak ingin pulang, mengingat jalannya yang mengerikan seperti ini, bisa gak ya aku tinggal disini saja? terus besok pagi ada helikopter yang datang menjemputku?” Keluhanku semakin aneh terdengar sehingga senior pendahulu ku yang berjalan dibelakang ku tertawa terbahak-bahak mendengar setiap ocehanku.

Sampai pada akhirnya akupun menginjakkan kaki di tangga terakhir tempat Curug Kembar berada. Finally “Ya Allah akhirnya aku sampai juga”. Dan begitu melihat ada toilet aku langsung berlari menghampirinya. Sambil menunggu teman-teman yang lainnya aku dan beberapa teman yang tiba duluan memutuskan untuk duduk sejenak melepas penat hingga akhirnya salah satu temanku berdiri dan menarik tanganku dan berkata “ayo turun, airnya sudah di depan mata”. Dengan penuh semangat akupun ikut turun dan kulihat air mengalir dengan sangat indah. Dan yang pasti airnya sangat dingin dan penuh kesegaran. Aku tak henti-henti membasahi tanganku, ingin memberikan kesan sejuk bagi tubuhku yang sudah lelah. Sedang asik-asiknya bermain air tiba-tiba salah seorang temanku berkata “ayo naik, kita masih belum sampai di Curugnya, di atas jauh lebih bagus” mendengar hal itu sontak saja aku terkejut dan berkata “ya ampun, jadi kita masih belum sampai? Jadi kita masih harus berjalan? Setelah aku melihat ke atas, oh tidak aku harus menaiki jalan itu? Fikirku, mati sajalah aku, mana bisa aku naik kesana. Itu terlihat sangat tinggi sekali. Tapi ya sudahlah, aku sudah terlanjur sampai disini, apapun yang terjadi aku harus bisa melewatinya. Dan aku mengumpulkan segenap kemampuan, keberanian dan kekuatan tentunya untuk bisa naik walaupun dengan kondisi tanpa menggunakan sepatu.

Karena kami wanita tangguh yang mampu menyusuri hutan, mendaki tanpa takut jatuh, melupakan rasa sakit di kaki. Hanya terus menatap ke depan mencoba menaklukkan tantangan.


Wahai kawan pergilah ke titik paling bawah dari kebisaan, kenyamanan dan kemampuanmu. Rasakan bagaimana susah payahnya bertahan, berjuang dan kemudian merasakan kemenangan.


Akhirnya setelah jauh berjalan, setelah banyak duri yang menancap di kakiku. Tibalah aku di Curug Kembar dimana yang telihat hanya air dan bebatuan. Beberapa temanku tidak sabar dan langsung melompat ke dalam air, byuuuuur...cipratan airnya membahasi sedikit wajahku yang masih terlihat kelelahan. Dan tiba-tiba aku menjerit “wow airnya dingin dan sejuk luar biasa” benar-benar sekejap menghilangkan penat dan rasa sakit yang ada. Dengan segenap keberanian yang aku kumpulkan maka aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan teman-temanku yang sudah terlebih dahulu berenang. Awalnya masih ada rasa takut, takut kalau nanti kelelep dan tenggelam. Takut kalau nanti tiba-tiba aku terpleset dan jatuh menghantam bebatuan, ketakutan-ketakutan seperti itu  terkadang suka bersarang di kepalaku. Tetapi akhirnya banyak teman-teman yang meyakinkanku dan ikut membantuku menghilangkan segala kecemasanku. Setelah asik bermain air bersama teman-teman, tibalah saat dimana pelantikan para anggota baru Anshula akan dimulai. Kami berbaris di dalam air sambil mendengarkan tata tertib acara yang dibawakan oleh panitia. Kami mengikuti rangkaian demi rangkaian acara dengan sangat hikmat dan kesungguhan.


Dan akhirnya kita sampai di titik ini. Membayar semua letih, menghapus semua tetes keringat dan menghilangkan semua kepenatan yang ada. Melupakan semua rasa sakit, melupakan medan perjalanan yang mengerikan untuk sejenak bisa merasakan dingin dan sejuknya mandi dan bermain air. Curug Kembar yang begitu indah hasil ciptaan Tuhan yang patut untuk kita syukuri dan harus kita jaga kelestariannya. Dengan penuh kebanggaan kami menyanyikan lagu Indonesia Raya tanda bahwa kami bangga menjadi rakyat Indonesia dan bersyukur tinggal di bumi Pertiwi yang penuh dengan keindahan alam untuk dinikmati.

“TERIMAKASIH SAHABAT ANSHULA”

Setelah acara pelantikan berakhir, kami melanjutkan acara dengan masak dan makan bersama. Hal yang sangat menyenangkan yang tentunya akan menjadi kenangan bagi kami nantinya. Tawa dan canda hadir menghapuskan tiap tetes keringat pada saat itu. Semua lelah pada akhirnya terbayarkan. Setelah puas bermain, haripun mulai mendung tanpa terasa titik-titik hujan sudah mulai membasahi tubuh kami. Kami pun bersiap-siap untuk kembali. Dengan menggunakan jas hujan dan perlengkapan lainnya, kami pun kembali berjalan menghadapi tantangan dan rintangan. Berusaha menaklukkan tebing-tebing tinggi dan curam, mencari alternatif jalan lain yang dianggap lebih dekat dari rute sebelumnya. Dan lagi-lagi aku berusaha sekuat tenagaku untuk bisa melangkah, menaiki setiap pijakan-pijakan yang begitu licin dan batuan tajam serta tanaman-tanaman berduri. Jatuh bangun kali ini aku rasakan, mungkin karena pada saat itu hujan turun dengan sangat derasnya sehingga jalanan begitu sangat licin dan aku harus lebih berhati-hati dalam melangkah. Diantara tetesan keringat karena lelah telah tersamarkan dengan adanya tetesan air hujan yang mengguyur tubuhku. Masih terasa sangat asin bagiku, karena aku bisa merasakan bahwa kali ini aku sungguh merasakan lelah jauh dari sebelumnya. Tubuhku yang mulai menggigil kedinginan serta kakiku yang mulai merasakan sakit akibat jatuh dan terluka membuat aku semakin ingin cepat kembali. Ingin merasakan kehangatan. Tanpa ada keluhan, aku berjalan terus hingga tiba di tujuan. Waktu terasa begitu cepat, dalam perjalanan banyak canda dan tawa. Melelahkan memang, tapi di sela lelahku, aku cukup bahagia karena bisa melihat senyum dan tawa, merasakan banyaknya perhatian dan kebaikan yang ditawarkan oleh teman-teman ku. Terimakasih teman sudah menjadi penjaga, pelindung dan penambah rasa manis dalam tiap memori dan album kenangan yang saat itu sedang aku susun dalam ingatan. ^^

-SEKIAN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar