Rabu, 04 November 2015

GUNUNG MUNARA, NEGERI DI ATAS PARUNG!

GUNUNG MUNARA, NEGERI DI ATAS PARUNG!
Oleh Marina Ika Sari
Diplomasi Pertahanan Cohort 2


Foto pemandangan dari atas Gunung Munara 

Para pendaki gunung biasanya mendaki gunung yang sudah tak asing lagi bagi kita di Pulau Jawa seperti Gunung Gede, Gunung Papandayan, Gunung Pangrango, Gunung Salak. Namun, apakah sudah pernah mencoba mendaki gunung di sekitar Jabodetabek? Apakah ada gunung di sana? Jawabannya ya, tepatnya di daerah Parung, Bogor.
Mungkin beberapa orang ada yang belum tahu mengenai gunung yang satu ini, namanya Gunung Munara. Gunung Munara terletak di wilayah Kampung Sawah, Rumpin, Bogor. Untuk menuju ke Gunung Munara, kita dapat menggunakan transportasi umum, motor, hingga mobil pribadi. Dengan berbekal tas ransel berisi makan siang dan air minum, kita pun siap menjelajahi gunung tersebut. Kita dapat melakukan pendakian ini bersama keluarga atau dengan para sahabat.
Kenapa harus mencoba mendaki ke Gunung Munara?
·           Lokasi Gunung Munara dekat dari Jakarta, sehingga aksesnya juga mudah dijangkau dan sangat cocok bagi orang yang tidak punya waktu banyak untuk traveling. Kita dapat menjelajahi Gunung Munara cukup dengan satu hari saja. Jadi, untuk karyawan yang libur hanya di weekend, tetap bisa melakukan pendakian.
·           Gunung Munara tidak terlalu tinggi seperti gunung-gunung pada umumnya. Jadi, Gunung Munara sangat cocok untuk para pendaki pemula. Kita dapat mendaki Gunung Munara hingga turun kembali hanya menghabiskan waktu 3 jam.
·           Saat kita mencapai di atas puncak Gunung Munara, pemandangannya sangat indah dan menakjubkan. Terdapat gunung dan bukit-bukit yang berjejer mengelilinginya, di bawah terlihat hamparan sawah yang luas dengan langit biru yang memayunginya. Hal tersebut membuat pikiran dan hati kita menjadi tenang dan damai.
Selain pemandangannya yang indah, kita juga dapat menyusuri nilai-nilai sejarah yang ada di Gunung Munara. Saat dalam perjalanan mendaki, kita akan melewati sebuah goa yang dinamakan Goa Soekarno. Kemudian, di dekat puncak gunung, kita dapat melihat sebuah batu dengan jejak kaki di atasnya, yang dinamakan dengan tapak Kabayan.
Setelah perjuangan mendaki dan mencapai puncak, kita akan menikmati pemandangan pegunungan yang hijau berpadu dengan langit biru sebagai atapnya. Pemandangannya tidak kalah dengan negeri di atas awan (Dieng). Orang-orang tidak akan menyangka bahwa Gunung Munara adalah negeri di atas Parung!

Foto barisan bukit-bukit




Foto hijaunya bukit-bukit beratapkan langit bitu

Kamis, 02 Juli 2015

IPSC ALIAS INDONESIA PEACE AND SECURITY CENTER

IPSC ALIAS INDONESIA PEACE AND SECURITY CENTER

Oleh Gioveny Astaning Permana


Sekian banyak plang hijau petunjuk  jalan di tol jagorawi, namun ada satu yang membuat penasaran. Plang hijau bertuliskan IPSC.

IPSC itu apa ya?




IPSC adalah singkatan dari Indonesia Peace and Security Center. Untuk menuju ke IPSC, kita bisa naik angkutan umum dari Jalan Raya Bogor dan Jalan Mayor Oking Citeureup, kemudian lanjut ojek yang mangkal di depan gerbang Desa Leuwinutug. Pom bensin yang berada di seberang gerbang menjadi patokan pemberhentian angkutan umum. Letak IPSC sebelum sirkuit sentul jika dari arah Citeureup dan setelah Perumahan Permata Sentul jika datang dari arah Babakan Madang. Berikut ini lembaga-lembaga yang ada di kawasan IPSC:

  1. Standby Force (Pasukan Siaga TNI)


Standby Force merupakan satuan tugas misi pemeliharaan perdamaian yang siap setiap saat untuk diberangkatkan sesuai dengan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

  1. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (Terrorism National Institution)

Sumber: bnpt.go.id

Terorisme adalah kejahatan kemanusiaan luar biasa yang harus dijadikan musuh bersama. BNPT berfungsi salah satunya untuk menyusun kebijakan, strategi dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme. 
  1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Disaster Management Institution) 

Sumber: bnpb.go.id

IPSC menaungi pusat pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana yang memiliki gedung bernama INA DRTG (Indonesia Disaster Relief Training Ground). INA DRTG berfungsi sebagai:
1.      Markas dan Sekretariat Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC-PB);
2.     Pusat Pemantau Ancaman dan Kajian Risiko Bencana, dan Informasi Bencana;
3.      Cadangan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) serta
4.      Pusat Pelatihan dan Simulasi Pusdalops;
5.      Akademi Pelatihan Penanggulangan Bencana yang bertaraf internasional. 

  1.  Universitas Pertahanan Indonesia (Indonesia Defense University)
Sumber: tribunnews.com 

Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) merupakan lembaga pendidikan tinggi setingkat S2 yang terbuka bagi sipil maupun militer untuk belajar dan memperdalam Ilmu Pertahanan  dari sudut pandang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Unhan memberikan beasiswa dalam seluruh kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh program studi Strategi Perang Semesta, Ekonomi Pertahanan, Manajemen Pertahanan, Manajemen Bencana, Peace and Conflict Resolution, asymmetric warfare, diplomasi pertahanan, keamanan maritime, dan ketahanan energy.

  1. Pusat Bahasa Kemendikbud (National Language Center) 
sumber: kemdikbud.go.id 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendirikan Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDB), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa diciptakan dengan tujuan menjadikan fungsi bahasa sebagai strategi, baik strategi untuk memahami diri setiap anggota komunitas maupun strategi untuk memahami cara pandang komunitas lain.

  1. Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (Peacekeeping Mission Center) 
sumber: www.pkc-indonesia.mil.id

Meningkatnya keterlibatan TNI dan tantangan dalam misi pemeliharaan perdamaian mendorong kebutuhan akan adanya sebuah institusi yang khusus bertugas untuk menangani segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan operasi pemeliharaan perdamaian. Institusi tersebut diharapkan mampu bekerja sama dengan institusi lainnya, sehingga pada tahun 2007 Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI (PMPP TNI) resmi didirikan.



Canti Dharma Park

Bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke IPSC, ada Canti Dharma Park yang cocok untuk santai bareng keluarga. Canti Dharma Park menyediakan permainan-permainan untuk anak-anak, kolam untuk memancing, dan tempat mengisi perut. 


Penunjuk arah ke Canti Dharma Park 


Buku menu Canti Dharma Cafe



Suasana outdoor

Taman bermain anak-anak











Selasa, 16 Juni 2015

BERKEMAH DIGUNUNG BATU

BERKEMAH DIGUNUNG BATU

Oleh Gioveny Astaning Permana




Sekali-kali bolehlah kita liburan ke  Bogor dan menginap di wisata alamnya. Wisata ke Bogor kali ini membutuhkan kewaspadaan maksimal. Walaupun hanya bermalam sehari, namun tetap saja harus ada persiapan barang yang dibutuhkan dan pembagian tugas belanja hohoho. Daftar pertama yang harus dibeli adalah air, karena di Gunung Batu tidak ada sumber mata air. Kami berdelapan masing-masing membawa dua botol air ukuran 1,5 liter. Tissue basah, senter, dan trash bag juga tidak boleh dilupakan. Dari asrama yang berlokasi di Desa Tangkil, Kecamatan Citeureup, kami berangkat pukul 16.30 WIB pada hari Jumat. Menjemput tenda terlebih dahulu di persimpangan pasar Sukamakmur.
Istirahat di Mesjid

Kami pun melanjutkan perjalanan dan berhenti di Masjid untuk solat magrib dan makan nasi bungkus yang disiapkan sebelumnya. Sekeliling gelap, tak ada lampu penerangan jalan desa, rute yang kami tempuh semakin berbatu dan ada yang menanjak. Kelebihan beban pada tas gunung teman ku, membuat harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah berbatu agar motor kuat melintas.
Perjalanan dimalam hari

Selesai solat isya di mushola yang persediaan airnya terbatas, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat kemah pukul 20.00 WIB. Gunung batu tidak terlalu dingin tapi jaket tetap harus dipakai untuk menghindari jahatnya angin malam, keringat kami bercucuran saat menapaki jalan yang terus menanjak tanpa ada bonus sama sekali.  Baru beberapa langkah menyusuri jalan yang sebagian becek, kaki ku terjeblos dalam lumpur bekas hujan dan mengotori alas kaki. Harus lebih berhati-hati berjalan dalam gelap, pencahayaan yang hanya dibantu senter seharusnya cukup membantu. Satu jam perjalanan, sampailah kami di tempat kemah, ada beberapa tenda yang sudah berdiri namun ada juga yang baru sampai. Dalam gelap teman-teman berusaha mendirikan dua tenda berhadap-hadapan. Setelah tenda berdiri, sambil bercerita dan menikmati malam, kami memasak air untuk mie instan, merebus jahe, dan menyiapkan jelly untuk pagi. Kami berencana akan naik ke puncak untuk menikmati sunrise sekitar pukul 03.00 WIB. Alhamdulillah cuaca tergolong baik di musim hujan (dadakan) seperti bulan ini. Hanya gerimis yang tak terlalu mengganggu kondisi kami di dalam tenda, aman tak ada yang bocor dan teman-teman pun tidur sampai menjelang pukul setengah empat pagi.
Pemandangan Menuju Puncak

Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di puncak dan dengan penuh perjuangan menyusuri jalan menanjak yang berbahaya jika hilang fokus sebentar saja ditambah gelap dan tak ada tali untuk berpegangan. Kami pun sampai di puncak dan memilih menunggu matahari terbit di tanah yang sedikit datar untuk bersiap solat subuh berjamaah. Disarankan juga membawa sarung tangan untuk melindungi kulit dari batu-batu yang kita pegang saat menanjak dan menuruni Gunung Batu.

Pemandangan di Puncak Gunung Batu

Perlahan-lahan matahari mulai menampakkan sinarnya. Landscape kawasan Gunung Batu pun terlihat sedap dipandang mata. Puas berfoto dan merekam video, kami turun satu per satu dengan penuh kewaspadaan karena jalan yang ditempuh tak bersahabat sama sekali. Diperkirakan jika hujan turun area ini akan becek dan sangat licin. Sekitar pukul 09.00 WIB, sebelum matahari semakin merangkak ke atas kepala, kami bersiap pulang dan memasak spagethi sebagai menu sarapan. Persediaan air masih cukup untuk melanjutkan perjalanan ke Curug Cibengang yang letaknya tidak jauh dari gerbang Gunung Batu. Hawa panas dan keringat yang mengucur deras pun sirna saat kucuran air terjun jatuh tepat di kepala. (Edited By Idham).

Dokumentasi Berkemah di Gunung Batu










Rabu, 27 Mei 2015

PERJALANAN PULAU PEUCANG

PERJALANAN PULAU PEUCANG
(Oleh Ayudiyah Ningtyas)






Liburan panjang pada awal bulan April, dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa Universitas Pertahanan Indonesia untuk mengadakan perjalanan ke Taman Nasional Ujung Kulon untuk melihat keindahan alam. Taman Nasional yang terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, dan merupakan Taman Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia serta merupakan Taman Warisan Dunia yang diakui oleh UNESCO tahun 1992

Tanggal 3 April 2015, kami berkumpul di Jakarta malam hari untuk bersiap menuju Ujung Kulon. Setelah 8 jam kami sampai di daerah Taman Jaya, setelah beristirahat sebentar kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Peucang. Pulau Peucang adalah tujuan destinasi utama kami karena disitu kami dapat melihat bermacam hewan yang langka, burung merak, rusa, biawak dan rusa.


Perjalanan Menuju Pulau Peucang


Di Pulau Peucang, kami juga mengunjungi tebing yang berada di balik Pulau Peucang, kami melakukan tracking di hutan pulau Peucang menuju Karang Copong, sepanjang melakukan tracking kita bisa melihat pohon-pohon besar. Di Karang Copong kita dapat melihat pemandangan deburan ombak pecah dan celah sempit tempat masuknya aliran air laut yang sangat deras di barat Karang Copong ini. Setelah itu kami kembali ke penginapan di Desa Taman Jaya untuk  beristirahat.



Pemandangan di Karang Copong


Selesai beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Cidaon, di lokasi tersebut kita melihat banteng-banteng yang hidup liar di habitatnya. 


Kumpulan banteng di padang rumput Cidaon

Keesokan harinya kami melakukan snorkeling di sekitar Handeueleum, kami lihat ekosistem terumbu karang, berbagai macam bentuk pertumbuhan karang tumbuh di lokasi kami bersnorkling. Tidak lupa kami berfoto di dalam air dengan bendera Ansula.


Snorkling di Gosong Handeueleum

Puas melakukan snorkling di sekitar gosong pulau Handeueleum, kami melanjutkan kegiatan berkano di Muara Cigenter. Pemandangan mangrove dan vegetasi pesisir pantaipun dapat kita lihat saat berkano. Kami juga melihat ular yang sedang berteduh di dahan pohon yang berada di tepi Muara Cigenter.



Berkano di Muara Cigenter

Setelah berkano ria, kami kembali menuju peginapan di Taman Jaya. Setelah itu kami bersiap-siap untuk kembali pulang menuju Sentul (Edited by Idham).




Kenang-Kenangan Pulau Peucang

Anggota Anshula Universitas Pertahanan Indonesia


Anggota Anshula di Karang Copong


Snorkling di Gosong Handeueleum

 Snorkling di Gosong Handeueleum

Snorkling di Gosong Handeueleum


Sepotong Kenangan Di Pulau Peucang 


 Senja di Pulau Peucang


Sepotong Senja yang Penuh Dengan Kenangan